Selasa, 29 Maret 2016

Tesis Anittesis Sintesis Pendidikan Di Indonesia


Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
          Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
          Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.
          Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
          Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.

Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
          Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
Dunia pendidikan terus berubah. Kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat terus-menerus berubah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere globalisasi. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.
          Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standaran kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.
          Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.
Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan yang ada di dalamnya, yang tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang lebih dalam lagi
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi.
Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.

1. Tesis : Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
Antitesis : Tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Sintesis : Oleh karena tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas menyebabkan tidak tercapainya tujuan yang diharapkan yaitu pendidikan yang efektif.

2.Tesis : Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan minatnya agar dapat meningkatkan bakan dan minatnya tersebut.
Antitesis : Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
Sintesis : Oleh karena seseorang yang dipaksa mengikuti program studi yang tidak sesuai dengan bakat dan minat setiap orang tidak bisa mengembangkan bakat dan minatnya.

3.Tesis : Standar pendidikan di indonesia meningkat.
Antitesis: Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Sintesis : Oleh karena hal seperti di atas standar di indonesia menurun.



Selasa, 23 Juni 2015

Kerjasama Dalam Team (Kelompok) atau Team Work


KERJASAMA DALAM TEAM (Kelompok) ATAU TEAM WORK

Pada hakekatnya manusia diciptakan Tuhan sebagai Makhluk sosial, dimana mereka tidak akan mampu untuk menjalani dan bertahan dalam kehidupan dengan tanpa bantuan atau pertolongan dari individu lain. Sehingga dengan begitu, memaksa setiap individu untuk mampu bekerjasama dengan orang lain. Kerjasama tersebut bisa saja hanya terjadi antara 2 orang ataupun lebih yang akhirnya membentuk suatu kerjasama kelompok atau Teamwork.

Nah, dengan memperhatikan kejadian diatas, kali ini saya akan menulis sebuah artikel mengenaiKerjasama dalam Team Work atau Kelompok. Kita akan membahas apa itu pengertian kelompok dan apa karakteristik yang terbentuk dari sebuah kelompok. Lalu setelah itu kita akan mengetahui bagaimana suatu kelompok dapat terbentuk, kekuatan seperti apa yang dapat dilahirkan dengan adanya suatu kelompok , dan bagaimana implikasi manajerialnya. Berikut ini penjelasannya. Selamat membaca 
1.      Pengertian Kelompok dan Karakteristik Kelompok
  a.       Arti kelompok
Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mereka saling bergantung (interdependent) dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan bersama, meyebabkan satu sama lain saling mempengaruhi (Cartwright&Zander, 1968; Lewin, 1948).
Melihat arti kelompok seperti di atas, kelompok membawa pengaruh yang besar bagi seorang individu dan kita harus mampu bergabung di dalamnya atau menjadi anggota dari suatu kelompok. Lalu mengapa kita harus bergabung di dalam suatu kelompok. Berikut penjelasannya :
Ternyata dengan dibentuknya suatu kelompok memberikan manfaat, diantaranya adalah :
·    Dengan bergabung di dalam suatu kelompok, kita dapat memperoleh informasi yang lebih luas mengenai berbagai macam persoalan. Dan informasi tersebut bisa kita peroleh dari orang-orang lain yang menjadi sumber informasi yang sangat penting. Karna setiap orang tentunya memiliki ide dan pemikiran yang berbeda-beda untuk memecahkan persoalan yang muncul atau hal yang ingin di capai dalam suatu kelompok, yang pastinya mewakili semua tujuan dari individu lain yang bergabung di dalam kelompok itu.
·    Kelompok juga menjadi bagian penting dari identitas kita, yang mendefinisikan siapa diri kita. Dengan bergabung didalam suatu kelompok, kita dapat melihat dan mengenal siapa diri kita yang sesungguhnya. Karna kelompok mengajarkan kita untuk hidup tidak hanya sesuai kehendak kita sendiri, tapi harus mampu juga menerima dan menghargai kehendak orang lain.
 ·   Kelompok membantu menegakan norma sosial, aturan baik yang eksplisit maupun implisit mengenai perilaku yang dapat diterima.

b.   Karakteristik Kelompok
Seperti halnya seorang individu yang memiliki karakteristik masing-masing, begitupun halnya dengan sebuah kelompok.
Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma dan peran. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah tentang norma. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan lainnya. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, prosedural dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara para nggota kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan.
Beberapa ahli mengatakan bahwa dalam suatu kelompok terdapat ciri – ciri, yaitu :
·    Terdiri dari dua orang atau lebih.
·    Adanya interaksi yang terus menerus.
·    Adanya pengembangan identitas kelompok.
·    Adanya norma-norma atau aturan didalam kelompok.
·   Adanya diferensiasi peran (masing anggota memegang tugas dan tanggungjawab masing-masing yang sudah ditentukan pada saat kelompok dibentuk.
·    Setiap peran yang terbagi-bagi itu, memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lain. Hal ini berkaitan dengan agar tujuan kelompok dapat tercapai meskipun masing-masing anggota memegang peranan yang berbeda-beda.

2.      Tahapan Pembentukan Kelompok
Dalam melaksanakan atau membentuk sesuatu tidak ada yang instan, semua memerlukan beberapa proses yang harus ditempuh terlebih dahulu. Demikian pula dengan suatu kelompok, dapat terbentuk dengan melewati tahapan-tahapan berikut :
a. Forming.
Forming adalah tahap orang berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Pada suatu kegiatan, tidak sedikit peserta yang mengikutinya karena penugasan. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan perasaan was-was maupun keraguan di hati peserta.
b. Informing.
Informing merupakan tahap dimana kelompok yang baru terbentuk tersebut diberi penjelasan tentang tujuan dari kegiatan yang akan diselenggarakan. Pada tahap ini biasanya akan didapati interaksi antar anggota karena setiap peserta mulai sadar bahwa mereka menuju pada tujuan yang sama.

c. Storming.
Pada tahap ini, pembangunan peran diantara masing-masing peserta mulai terbentuk. Storming merupakan fase yang sangat penting dalam dinamika kelompok, karena pada tahap ini akan terjadi tarik menarik, uji coba, bahkan konflik. Benturan antarpribadi sangat mungkin terjadi pada tahap ini – bahkan benturan antara peserta dengan pemimpin kelompok.
d. Norming.
Tahapan ini merupakan tahap stabilisasi dimana aturan, ritual, dan prosedur telah ditetapkan dan diterima oleh seluruh peserta. Peserta telah menyepakati identitas peran sehingga terciptanya suasana kebersamaan.
e. Mourning.
Mourning merupakan tahap akhir dari proses pembentukan sebuah kelompok. Pada tahapan ini, seluruh tugas telah selesai dikerjaan dan tujuan utama pembentukan kelompok sudah terpenuhi dan telah berakhir. Terkadang muncul rasa sedih diantara peserta. Sebagian mulai memikirkan tugas lain yang telah menanti.
f. Transforming.
Pada tahapan ini, tim telah menjadi dinamis karena pembentukan kelompok sudah terjadi dan mulai ada perubahan baik di masing-masing peserta maupun pada kelompok secara keseluruhan.
3.      Kekuatan Team work
Teamwork atau kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok yang bertujuan untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya. Harus disadari bahwa team work merupakan peleburan berbagai pribadi atau individu yang memiliki karakter, pemikiran yang berbeda satu dengan yang lainnya, namun menjadi satu pribadi untuk mencapai tujuan bersama. Dan tujuan tersebut bukan hanya tujuan dari satu pribadi saja, bukan tujuan si ketua kelompok, akan tetapi tujuan semua orang yang ingin di capai dengan saling bekerja sama. Bisa saja tujuan tersebut tidak dapat tercapai dengan efektif dan efisien, dikarenakan tiap-tiap individu yang bergabung didalam kelompok berusaha untuk saling menonjolkan diri, atau tidak memiliki kemauan untuk saling bergandeng tangan dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada. hal ini yang harus dihindari oleh suatu kelompok, agar tujuan kelompok dapat tercapai dengan efisien dan efektif, kelompok tersebut memerlukan kekuatan yang dinamakan kekuatan teamwork.
Beberapa faktor yang harus ada dan dilahirkan dalam sebuah kelompok diantaranya adalah adanya rasa saling mengerti dan mendukung satu sama lain hal inilah yang  merupakan kunci kesuksesan dari teamwork, dikarenakan dalam satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang terkadang menyimpan pula perselisihan. Oleh karena itu sangat penting untuk menyadari bahwa kebersamaan sebagai anggota tim diatas segalanya. Berikut ini adalah hal yang harus ada juga untuk menumbuhkan kekuatan didalam suatu kelompok :
·    Mematuhi dan melaksanakan setiap ketentuan atau norma yang berlaku didalam tim
·   Memelihara kebersamaan dalam tim, dengan berusaha untuk belajar mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi, dan menerima kelebihan serta kekurangan rekan satu tim.
·    Mewujudkan tujuan dan misi tim, dengan melakukan berbagai hal yang efektif dan efisien, serta dengan memperhatikan pertanggungjawaban.
·     Menajaga nama baik dan rahasia yang ada didalam tim.
·     Memberikan kontribusi yang nyata guna meningkatkan kerjasama team.
·    Ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tim dengan penuh rasa ikhlas dan tanggung jawab.

4.      Implikasi Manajerial
Secara keseluruhan kelompok tidak hanya dapat dibentuk antar individu yang sebelumnya tidak saling mengenal, namun kelompok yang saling bekerjasama juga dapat kita lihat di dalam keluarga kita sendiri. Keluarga adalah bagian terkecil dari suatu masyarakat yang memiliki tujuan yang sama antar semua anggota keluarga, yaitu untuk menjadi suatu keluarga yang bahagia dan dipuji oleh lingkungan masyarakat. Dengan adanya kerjasama yang baik, misalnya saling mendukung, mengingatkan,  menjaga dan memperhatikan antar anggota keluarga yang satu dengan yang lain, dapat membantu tercapainya tujuan bersama dalam keluarga tersebut. Akan tetapi, apabila satu saja anggota melakukan tindakan yang tidak sesuai, hal tersebut bisa jadi merusak keutuhan yang ada didalam keluarga, dan tujuan keluarga tidak dapat tercapai. Demikian pula didalam bidang manajerial, harus mampu membentuk kelompok kerja yang utuh, kuat, saling mendukung antara yang satu dengan yang lain agar dapat mencapai tujuan bersama yang tekah direncanakan sebelumnya dengan efektif dan efisien.
   

DAFTAR PUSTAKA

  • Anwar, Arifin  (1984). Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas. Bandung: Armico
  • Jawwad, Abdul (2006). Manajemen Team Work. Jakarta : PT. Syaamil Cipta Media
  • Jalaludin, Rakhmat (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Pengertian Komunikasi Kelompok. http://www.e-jurnal.com/2014/01/pengertian-komunikasi-kelompok.html. (Diakses Pada tanggal 23 Juni 2015). 



Kamis, 14 Mei 2015

Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi




PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI


A.  Definisi dan dasar Pengambilan Keputusan

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang  apa yang harus dilakukan dan mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat penting. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada relasi sesama.
Kemudian terdapat definisi menurut para ahli, antara lain :

·         Menurut George R. Terry :
pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
·         Menurut Sondang P. Siagian :
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.
·         Menurut James A. F. Stoner :
pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari definisi pengambilan keputusan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Pengambilan keputusan itu sendiri suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.  

Dasar Pengambilan Keputusan :
Menurut George R. Terry, dasar-dasar pengambilan keputusan adalah :

1.      Intuisi
Suatu proses bawah sadar/tdk sadar yang timbul atau tercipta akibat pengalaman yang terseleksi. Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intusi atau perasaan memiliki sifat subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh.
a.      Segi positif dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi adalah :
·         Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek.
·          Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan akan memberikan kepuasan pada umumnya.
·         Keampuan mengambil keputusan dari peng-ambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.

b.      Segi negatif dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi adalah :
·          Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
·          Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya.
·         Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
·          Pengalaman
2.      Pengalaman :
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis.  Karena pengalaman seseorang dapat mempekira-kan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya, baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan.  Karena pengalaman, seseorang yang menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas saja mungkin sudah dapat menduga cara penyelesaiannya.

3.      Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik.  Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dpt menerima keputusan-keputusan yang dapat dibuat dengan rela dan lapang dada.

4.      Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pim-pinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang lebih rendah kedudukannya.  Pengambilan keputusan berdasarkan we-wenang juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
a.      Segi positif dalam pengambilan keputusan berdasarkan wewenang adalah :
·          Kebanyakan penerimanya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan tsb secara su-karela ataukah terpaksa.
·          Keputusannya dapat dapat bertahan dalam jangka waktu yg cukup lama.
·          Memiliki otentisitas (otentik).
b.      Segi negatif dalam pengambilan keputusan berdasarkan wewenang adalah :
·          Dapat menimbulkan sifat rutinitas.
·          Mengasosiakan dengan praktek dictatorial.
·          Sering melewati permasalahan yg seharus-nya dipecahkan sehingga dapat menimbul-kan kekaburan.

5.      Rasional
Pada pengambilan keputusan yg berdasar-kan rasional, keputusan yg dihasilkan ber-sifat objektif, logis, lebih transparan, kon-sisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, shg dpt dikatakan mendekati kebenaran atau se-suai dgn apa yg diinginkan.
Ada beberapa hal yg harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan secara rasional:
a.      Kejelasan masalah.
b.      Orientasi tujuan.
c.       Pengetahuan alternative.
d.      Preferensi yang jelas.
e.      Hasil maksimal.

B. Jenis-jenis keputusan Organisasi

1. Keputusan Terprogram
Merupakan keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya, dalam keputusan terprogram prosedur dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami organisasi. Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik karena pada umumnya kriteria bagaimana suatu kinerja diukur sudah jelas, informasi mengenai kinerja saat ini tersedia dengan baik, terdapat banyak alternatif keputusan, dan tingkat kepastian relatif yang tinggi. Tingkat kepastian relatif adalah perbandingan tingkat keberberhasilan antara 2 alternatif atau lebih. Contoh keputusan terprogram adalah, aturan umum penetapan harga pada industri rumah makan dimana makanan akan diberi harga hingga 3 kali lipat dari direct cost.


2. Keputusan Tidak Terprogram

Keputusan ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan tidak terprogram tidak ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan ini dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut, sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan terprogram selain itu tingginya kompleksitas dan ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada umumnya melibatkan perencanaan strategik.
Contoh:
Dalam suatu perusahaan jika kita mendapatkan suatu masalah maka, kita dalam mengambil sebuah keputusan untuk menyelesaikannya kita tidak boleh terburu-buru karena dapat menyebabkan kita mengambil atau memilih keputusan yang salah dan bahkan dapat membuat masalah semakin sulit. Oleh karena itu kita harus mempertimbangkan dengan baik dengan cara mencari informasi, memahaminya dengan baik, dan mendiskusikan keputusan kita dengan orang-orang yang ikut dalam perusahaan itu, agar keputusan yang kita ambil dapat diterima dengan baik dan dapat memecahkan masalah yang ada.

C.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut:
1.      hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
2.      setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3.      setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
4.      jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5.      pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
6.      pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang  cukup lama;
7.      diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
8.      setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
9.      setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.

Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.

1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.

2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.

3.Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.

4.Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.

5.Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.

6.Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

D.  Implikasi Manajerial
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata Implikasi berarti akibat. Kata Implikasi sendiri dapat merujuk ke beberapa aspek yaitu salah satunya yang dibahas saat ini adalah manajerial atau manajemen
Dalam manajemen terdapat 2 implikasi yaitu :
1.      Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
2.      implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan.


Daftar Pustaka :